SEKILAS INFO
: - Jumat, 19-04-2024
  • 3 tahun yang lalu / pengambilan Ijazah dan Raport PAUD IT Ulul Albaab Tanggal 26 Juni 2020
  • 3 tahun yang lalu / Pengambilan Raport SD IT Ulul Albaab tanggal 27 Juni 2020
  • 4 tahun yang lalu / Sekolah Ulul Albaab membuka pendaftaran Siswa/i Baru.. Buruan daftarkan ananda segera !!
Rahasia Nikmat Mendidik Anak

Penulis: Septri Widiono

Sumber: https://bukitgagasan.com/2018/07/19/rahasia-nikmat-dalam-mendidik-anak/

Kita sering menganggap biasa hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan. Misalnya, makan, minum, tidur, berbicara, dan bernapas. Begitupun kita juga menganggap biasa-biasa saja orang-orang terdekat kita. Suami, istri, anak-anak, dan orang tua kita perlakukan biasa-biasa saja.

Karena dianggap biasa, maka kita jarang mengistimewakannya. Sebaliknya, jangan-jangan malah kita anggapnya sebagai beban dan sumber masalah. Coba bapak/ibu/teman-teman renungkan sekarang. Satu menit saja.

Sadarkah kita, bahwa kesehatan, rumah yang luas, pasangan hidup, rizki yang lapang, ilmu yang bermanfaat, pekerjaan dengan gaji yang cukup, bisnis yang sukses, kendaraan yang nyaman, jabatan, reputasi dan lain-lain, adalah kenikmatan hidup di dunia yang sebagiannya sudah kita dapatkan?

Beberapa nikmat dunia tersebut ada yang bersifat relatif (muqoyyadah) dan ada pula yang mutlak (mutlaqoh). Dikatakan bersifat relatif karena berbeda-beda antara orang yang satu dengan orang yang lainnya, misalnya harta. Ada yang merasa nikmat karena mempunyai harta banyak. Tetapi ada pula yang tidak merasa nikmat mempunyai harta banyak. Sebaliknya dikatakan bersifat mutlak karena semua orang ingin merasakan nikmat itu. Kesehatan misalnya, semua orang ingin merasakan enaknya sehat. Tidak ada orang yang menginginkan hidupnya dalam keadaan sakit.

Rahasia Nikmat

Ciri orang yang merasa hidupnya penuh dengan nikmat adalah mampu merasakan enak, lezat, puas, dan senang terhadap apa yang dia miliki atau dia lakukan. Namun tidak semua orang yang memiliki atau mendapatkan kenikmatan hidup dunia dapat merasakan nikmat.

Banyak orang dikaruniai harta melimpah, tetapi hidupnya gelisah. Sebaliknya banyak orang hidup dengan materi serba kurang, tetapi perasaan dan batinnya malah tenang.

Banyak orang punya jabatan sehingga menjadi terkenal, tetapi menjadi orang terkenal tidak membuatnya hidup tenteram. Sebaliknya banyak orang biasa-biasa saja, tidak punya jabatan dan tidak terkenal, tetapi hidupnya tenteram.

Banyak orang sehat tetapi baru menyadari enaknya sehat ketika badannya sedang sakit. Saat sehat tidak pernah menyadari betapa sakit itu tidak enak.

Banyak orang punya istri atau suami. Tetapi kehidupan keluarganya tidak bahagia dan tenteram. Mereka tidak sanggup merasakan nikmatnya punya pasangan. Pada saat yang sama banyak orang menunda untuk menikah.

Rahasia nikmat bukan pada banyaknya atau sedikitnya nikmat itu sendiri. Ketahuilah bahwa nikmat itu berasal dari Allah SWT. Inilah kunci pertama agar kita bisa merasakan nikmat, yaitu menyadari bahwa Allah-lah yang mengaruniakan bermacam-macam nikmat dunia kepada manusia.

Perhatikanlah Firman Allah SWT berikut ini:

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ

Artinya: “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)…” (QS. An Nahl: 53)

Tidak menyadari bahwa nikmat itu berasal dari Tuhan bisa membuat orang menjadi sombong. Itulah Qarun yang telah diberi harta berlimpah oleh Allah namun mengingkarinya dengan mengatakan:

إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلۡمٍ عِندِيٓۚ

Artinya:  “Sungguh harta dan kenikmatan yang aku miliki itu aku dapatkan dari ilmu yang aku miliki.” (QS. Al Qashash: 78)

Berbeda dengan Qarun, Nabi Sulaiman, tahta dan tentu saja harta yang beliau miliki menjadikan dirinya sadar bahwa semua itu hanyalah dari Allah yang telah mengutusnya menjadi Nabi sehingga Nabi Sulaiman berkata:

هَٰذَا مِن فَضۡلِ رَبِّي لِيَبۡلُوَنِيٓ ءَأَشۡكُرُ أَمۡ أَكۡفُرُۖ

Artinya: “Ini termasuk karunia dari Rabb-ku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur ataukah mengingkari (nikmat-Nya).” (QS. An Naml: 40)

Qarun dengan hartanya menjadi sombong. Sebaliknya Nabi Sulaiman dengan tahta dan hartanya menjadikannya taat kepada Allah.

Rahasia kedua, menyadari bahwa nikmat Allah sangat banyak. Apa yang kita miliki hanyalah sebagian kecil dari nikmat Allah. Kita tidak akan mampu menghitung apalagi membalasnya.

Pernahkah kita bertanya berapa harga napas kita seandainya oksigen itu harus dibeli? Di Apotek dijual Oxycan. Salah satu merk produk oksigen dalam kemasan tabung kecil. Silakan search di google seperti apa gambar produk oksigen ini. ­­

Harga Oxycan per tabungnya Rp 35.000. Gimana cara pakainya? Hirup selama 2 detik. Dalam 75 kali pemakaian isi oksigen akan habis. Jadi total satu tabung habis dalam waktu (2 detik x 2 x 75) = 300 detik = menit. Saya ulangi LIMA MENIT.

Berapa rupiah harga oksigen dalam satu tahun? Ini perhitungannya.

1 jam ==> (12 x Rp. 35.000) = Rp 420.000; 1 hari ==> (24 x Rp. 420.000) = Rp 10.080.000; 1 tahun ==> (365 hari) = Rp 3.679.200.000. Tiga milyar sekian, sekian  rupiah.

Seandainya kita hidup selama 60 tahun maka ini harga oksigen yang kita hisap adalah Rp 220.752.000.000. Angka berapa rupiah ini?

Itu baru oksigen. Belum lagi yang lainnya. Kita tidak akan sanggup menghitung apalagi membalasnya. Maka Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya:

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18)

Rahasia ketiga ialah bersyukur. Karena nikmat itu datang dari Allah dan kita tidak mungkin dapat membalasnya maka semua nikmat Allah itu wajib kita syukuri. Kita harus berterima kasih kepada-Nya. Insya Allah dengan bersyukur maka nikmat itu akan bertambah. Inilah janji Allah kepada kita:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Ibnu Qayyim dalam Kitab Madarijus Salihin menjelaskan bersyukur atas nikmat Allah ada tiga macam, yaitu bersyukur dengan lisan, hati, dan tubuh. Bersyukur dengan lisan berarti mengakui bahwa nikmat itu berasal dari Allah, kemudian memuji-Nya. Ucapkanlah alhamdulillah.

Bersyukur dengan hati berarti meyakini dan mencintai Allah melalui nikmat-nikmat tersebut. Maka orang yang bersyukur akan semakin banyak berdzikir atau mengingat Allah baik melalui ibadah maupun muamalah dengan sesama manusia.

Bersyukur dengan tubuh berarti tunduk, khusyuk, dan taat dalam setiap perbuatan. Kita pergunakan semua nikmat Allah itu sesuai tujuan penciptaannya. Pergunakanlah mata untuk melihat yang halal saja, pergunakan tangan untuk memegang yang halal saja, pergunakan mulut untuk berbicara yang diperbolehkan oleh Allah saja. Jangan sebaliknya, kita mempergunakannya untuk hal-hal yang dilarang atau dibenci oleh Allah SWT.

Menikmati Masa Mendidik Anak

Pasangan hidup dan anak-anak kita, semuanya Allah yang kasih. Kalau Allah tidak kasih, mana mungkin kita punya keluarga. Kita tidak bisa membalas pemberian Allah ini dengan balasan yang setimpal kecuali bersyukur.

Sekali waktu pada malam hari, pandangilah anak-anak kita yang sedang tidur. Pandangilah seluruh tubuhnya. Mulai dari ujung kaki sampai kepala. Tataplah wajahnya. Perhatikanlah apa yang mereka kerjakan pada hari itu dan hari-hari sebelumnya. Renungkanlah prilaku mereka. Renungkanlah apa yang sudah kita berikan kepada mereka. Sudahkah kita memberikan yang terbaik kepada anak-anak kita?

Kita tentu saja sudah memberinya makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang baik dan halal kepada anak-anak kita. Semoga saja kita sudah memberinya pengasuhan dan pendidikan yang terbaik kepada mereka pula.

Pendidikan tentang moral, hukum-hukum agama, dan sains harus kita berikan kepada mereka dengan sebaik-baiknya. Pendidikan anak terus kita berikan baik di sekolah maupun di rumah. Karena itu dukunglah anak-anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang baik, anak-anak yang sholeh dan sholehah, anak-anak yang akan mendoakan kita sesudah kita mati nanti.

Bersyukur kepada Allah, ucapkanlah alhamdulillahkarena Allah telah karuniakan kepada kita anak-anak yang lucu-lucu. Cintailah anak-anak itu sebagaimana kita mencintai pasangan hidup kita. Jadikan anak-anak sebagai investasi dunia dan akhirat. Anak bukan beban tetapi harapan. Semua nafkah yang kita berikan hakikatnya ialah pupuk yang kita berikan kepada tanaman bernama anak-anak agar tumbuh, berkembang, berbunga, dan nanti akan berbuah. Subhanallah.

Kita harus sadar bahwa masa kecil kita berbeda zaman dengan masa kecil anak-anak sekarang. Perbedaan zaman ini berarti berbeda juga dalam pengaruh teknologi kepada anak-anak. Kita sering menilai anak dengan standar nilai-nilai yang berkembang pada masa lalu ketika kita kecil. Padahal nilai-nilai akibat perkembangan teknologi saat ini amat luar biasa. Anak zaman now memang berbeda.

Nilai tata krama nampaknya mengalami pergeseran. Nah perbedaan inilah yang mengakibatkan orang tua sering berbeda pendapat dengan anak. Orang tua menjadi marah ini salah satu tanda adanya perbedaan itu.

Hadapi kenakalan anak-anak dengan penuh kesabaran karena kesabaran adalah salah satu sikap bersyukur terhadap pemberian Allah. Mendidik anak supaya menjadi anak yang baik dan taat kepada Allah dan Rasulullah adalah suatu bentuk ketaatan kita dalam beragama. Kita pun diperintahkan untuk bersabar dalam ketaatan. Bila untuk berbuat maksiat saja perlu kesabaran, maka untuk taat tentu harus lebih bersabar lagi.

Selain bersabar, dalam menghadapi kenakalan anak, kita harus tetap konsisten memberinya nasihat. Jangan sampai merasa bosan memberikan nasihat kepada anak walaupun nasihat itu seringkali tidak diindahkan.

Tentu memberi teladan atau contoh nyata harus dilakukan oleh orang tua. Menyuruh anak mengerjakan sholat atau berjamaah di masjid saja tidak cukup. Begitu pula memintanya bersikap sopan kepada orang lain. Kita harus melakukan apa-apa yang hendak kita perintahkan kepada anak-anak.

Ketiga hal ini, yaitu bersabar, konsisten, dan menjadi teladan akan menjadi ringan bila kita kerjakan secara ikhlas. Ikhlas hanya mengharapkan ridha Allah SWT. Biarlah Dia yang akan memberikan kita balasan pahala di akhirat kelak.

Untuk itu doakanlah anak-anak kita dengan doa yang kuat dan penuh harap bahwa Allah akan mengabulkannya. Sekali lagi doakan. Bukan hanya berharap akan kebaikan. Tetapi mohonlah dan mintalah kepada Allah akan kebaikan tumbuh kembang dan masa depan anak-anak.

Insya Allah kita akan dapat merasakan nikmatnya mendidik anak-anak. Susah dan senang akan menjadi kenangan dan kebaikan bagi keluarga tercinta. [SW]

******

TINGGALKAN KOMENTAR

Join Us on FB