SEKILAS INFO
: - Kamis, 25-04-2024
  • 3 tahun yang lalu / pengambilan Ijazah dan Raport PAUD IT Ulul Albaab Tanggal 26 Juni 2020
  • 3 tahun yang lalu / Pengambilan Raport SD IT Ulul Albaab tanggal 27 Juni 2020
  • 4 tahun yang lalu / Sekolah Ulul Albaab membuka pendaftaran Siswa/i Baru.. Buruan daftarkan ananda segera !!
Bolehkah Berbohong kepada Anak?

 

Penulis: Selvi Sri Wahyuni (Praktisi Pendidikan, Tinggal di Bogor)

Ada sebuah peribahasa “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Sering kita dengar peribahasa itu, kalimat peribahasa itu diartikan bahwa seorang anak tidak akan jauh berbeda dengan Ayah atau Ibunya. Baik buruknya seorang anak tergantung dari didikan kedua orangtuanya. Jadi, hati-hati ya dalam memberikan teladan untuk buah hatinya.

Dalam hal ini terkadang bagi orangtua berbohong itu menjadi senjata yang ampuh, cara paling cepat dan jitu dalam mengatasi anak, ketika menangis atau nakal supaya cepat diam, misalnya: “Cup cup diam ya dek, jangan nangis, nanti ibu belikan mainan bagus ya besok” (tidak ada niat hanya agar anak diam). “Awas jangan nakal ya, nanti digigit badut lho”. Banyak lagi jurus-jurus bohong semisalnya yang dikeluarkan orangtua dalam menghadapi anaknya.

Mungkin bagi sebagian orangtua berbohong dianggap remeh, boleh atau tidak apa-apa berbohong pada anak, karena menganggap masih kecil dan belum paham. Perlu diingat, bahwa seorang anak adalah peniru yang sangat ulung. Apa yang dilakukan orangtua  terhadapnya akan ditiru dan direkam kuat. Jauhkanlah sikap berbohong kepada anak walaupun dia masih kecil.

Berbohong merupakan perilaku yang tak terpuji. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berkata kepada anak kecil, “Kemarilah, saya akan memberimu sesuatu”, lalu ia tidak memberinya, maka itu adalah sebuah kebohongan.” (HR. Ahmad)

Dampak yang terjadi dari kebohongan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak:

Pertama, muncul rasa tidak percaya pada diri anak. Seperti orang dewasa yang dibohongi temannya akan muncul rasa kecewa dan berkurangnya kepercayaan. Kedua, membohongi anak berarti sama saja mengajarkan anak berbohong. Ibarat mesin fotokopi, anak akan meniru apa yang dilakukan orangtua terhadapnya. Dia akan menagih janji dan akan muncul kekecewaan apabila tidak dipenuhi dan disaat itulah orangtua memiliki label “Pembohong”. Ingat janji itu adalah “hutang”, walaupun terhadap anak kecil.

Ketiga, anak akan menganggap bahwa berbohong adalah solusi dalam menyelesaikan masalah. Tanpa disadari apa yang dilakukan oleh orangtua untuk menyelesaikan masalahnya dengan berbohong justru akan dianggap sebagai solusi oleh anak ketika menghadapi masalah. Ia akan menganggap berbohong itu menyenangkan daripada bersikap jujur.

Seharusnya orang tua menjelaskan mengenai maslahat dan mudharat kepada anak terhadap apa yang dilakukannya tanpa harus berbohong. Misalnya: “Jangan nakal ya nak, karena Allah tidak suka, bukan akhlak mulia dan merugikan diri sendiri”.

Oleh karena itu, kita harus berusaha jangan sampai berbohong walau sekecil apapun karena balasan pahalanya sangat besar yaitu jaminan surga. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,  “Aku akan memberikan jaminan sebuah rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun ia benar, dan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta sekalipun ia bercanda, serta rumah di bagian atas surga bagi orang yang akhlaknya bagus”. (HR. At Tirmidzi).

Dalam kondisi sistem sekuler saat ini , dimana agama dipisahkan dari kehidupan, nilai-nilai agama disingkirkan. Kebohongan saat ini seakan hal yang biasa, jangan sampai orangtua terjebak melegalkan dan membiasakan berbohong sebagai solusi dalam masalah (kecuali ada kebolehan berbohong sesuai udzur syar’i). Justru Allah SWT sangat membenci perbuatan tersebut dan merupakan tanda-tanda bagi orang munafik.

Sebagaimana hadits Rasulullah shallahu alaihi wasalam, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar dan jika dipercaya ia berkhianat”. (HR. Bukhari).

Oleh karena itu janganlah menyepelekan kebohongan. Kejujuran anak berawal dari kejujuran orangtua yang menjadi teladan. Karena itu jujur merupakan tanda muslim sejati. []

TINGGALKAN KOMENTAR

Join Us on FB